Minggu, 07 April 2013

Pengrajin Kayu Jati Ngawi Nyaris Gulung Tikar


Pengrajin kayu jati di daerah ngawi diliputi rasa lesu dan kurang bergairah hal ini disebabkan berkurangnya minat pembeli dan permintaan pasar.  Hal lain ini  juga disebabkan lesunya perekonomian di Amerika yang terkena dampak krisis global.
”Gimana lagi yang jelas turunya ekspor kita karena permintaan berkurang dalam beberapa waktu terakhir,” terang Suherman, penjual furniture kayu jati asal Banjarejo, Kedunggalar. Menurutnya selama ini, dengan nilai ekspor berkisar sekitar Rp 100 juta lebih, bisa terlaksana secara minimal dalam tempo dua bulan untuk memenuhi target. Pasar furniture dan kerajinan kayu dari Ngawi sendiri biasanya ke eropa sebagian Negara seperti Belgia dan Belanda dan kemudian untuk asia hanya Srilanka. Dijelaskanya, selama ini ekspor kerajinan dari wilayah Ngawi khususnya Kedunggalar tetap melalui pengepul. Dengan memakai sistem ini tetap mempengaruhi keuntungan meskipun nilai keuntungannya masih cukup lumayan tinggi.

”Selama ini memang kita masih memanfaatkan jasa perantara yang ada di Jogjakarta dan Jakarta,” tambahnya. Dicontohkan, dalam rentang dua bulan lalu, pihaknya sudah membuatkan pesanan furniture dari Srilanka yang jumlahnya cukup besar. Akan tetapi karena berbagai faktor salah satunya harga melonjak sehingga pesanan yang jumlahnya sudah ditentukan tidak kunjung diambil. Sementara untuk industri kerajinan kayu di Ngawi sendiri cukup bergeliat dan berkembang cukup baik beberapa tahun terakhir. Dalam perbedaan konsumen lokal dengan luar negeri, untuk lokal terarah pada pernik perhiasan sementara pangsa luar negeri justru sebaliknya lebih menampilkan keaslian kayu sebagai seni dasar kerajinan sendiri. Pengrajin kayu dan furniture yang banyak tersebar di Ngawi, Paron dan Kedunggalar saat ini hanya bertumpu pada konsumen lokal dan itupun nilainya terbatas khususnya harga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar